Bermanfaatkah Kurikulum?

Salah satu administrasi yang wajib dimiliki oleh guru adalah KURIKULM. Kurikulum adalah "semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah" (Kerr, J.F, 1968).
Perhatian pemerintah terhadap kurikulum memang cukup mendapat pujian, ini terlihat dari perubahan-perubahan kurikulum yang dirancang sejak tahun 1947-2013, telah terjadi 10 kali perubahan kurikulum.
Namun yang menjadi pertannyaan adalah, sampai sejauhmanakah kurikulum itu berpengaruh bagi perkembangan anak didik? Pertanyaan ini muncul ketika saya melihat fenomena yang terjadi di masyarakat,  yang berhubungan dengan tingkah laku anak didik yang cukup memprihatinkan.   kejahatan-kejahatan yang terlihat dari peserta didik kian hari semakin bervariasi, contohnya saja, pergaulan sex bebas, penggunaan obat-obat terlarang, perkelahian antar siswa, kelompok geng yang mengganggu masyarakat, dan sebagainya.
Padahal hasil yang diharapkan dari kurikulum yang dirancang bertujuan untuk memanusiakan peserta didik menjadi manusia yang seutuhnya. Kurikulum dirancang agar siswa menjadi anak yang terdidik, terampil dan cakap dalam bersikap. Tapi mengapa justru outputnya yang dihasilkan berbeda dari harapan itu? apa yang salah dari kurikulum?
Sebenarnya ada beberapa filsuf  yang menentang pendidikan formal , satunya yang paling saya ingat adalah Martin Heideger (jerman, 1889-1976), pendidkan formal hanya membuat anak didik meniru, dan membuat mereka jatuh ke dalam kemerosotan. .
Kurikulum di sekolah menghambat perkembangan bakat anak. Bagaimana tidak? kurikulum sekolah hanya menyajikan beberapa mata pelajaran yang harus di geluti oleh anak didik, namun bisa jadi bahwa dari beberapa mata pelajaran, tidak satupun yang  menyentuh bakat mereka. Mata pelajaran yang disajikan dalam kurikulum tidak representatif untuk mewakili seluruh bakat anak. Ini membuat anak didik berkembang tidak sesuai dengan bakatnya.  Bakat yang tadinya cukup potensial, akhirnya tertanam begitu saja karena tidak pernah disentuh. Mereka tenggelam di dalam sistem yang memenjarakan bakat mereka.
Sistem yang dirancang membuat mereka tidak menjadi diri mereka yang sesungguhnya, hasilnya adalah  rasa tekanan dan prustasi, akibatnya mereka mengambil tindakan-tindakan yang mengancam diri dan orang lain melalui kegiatan-kegiatan yang ia anggap dapat memuaskan hasratnya. Fenomena-fenomena kejahatan anak didik adalah reaksi dari ketidakpuasan mereka terhadap rancangan kurikulum.
Sudah saatnya kurikulum memperhatikan hal ini, agar output yang dihasilkan sesuai dengan tujuan, jika tidak, kurikulum hanyalah alat untuk menghambat perkembangan anak didik.

No comments:

Post a Comment

Komentar Anda